Sabtu, 22 Desember 2012

Kedok Sang Pemikat


Kini hanya seutas Tanya
Dan seonggok ketidak relaan
Yang terselip dalam duka

Duri-duri tajam masih riang
Menancapi hatiku yang hampir remuk
Bahkan decit menyakitkan
Kian mewarnai hari-hari suram
Dalam kekecewaan

Ketika hati menangis pilu
Ia menari-nari kegirangan
Dibalik topeng pemikatnya

Kemenangan bak dalam genggamannya
Seolah telah terlupa
Topeng itu hanya kedok
Tanpa bisa mengubah pandanganku
Atas kebusukan
Yang dengan sosok peri kecil amat malang

Seakan buruh belas kasihan sepenuh hati
Dipakai sebagai topeng berlapis rasa bangga
Padahal hanya kedok yang memalukan

Cinta Sejati


Semakin aku pahami
Semakin aku tak mengerti
Manusia senang dupuji dan dibohongi
Daripada kenyataan yang menyakiti
Banyak yang rela mati
Demi cinta sedalam kuit ari

Keelokan tubuh dilombakan
Kecantikan hati disingkirkan
Cinta sejati terlupakan

Yang miskin kejar harta
Yang kaya kejar mahkota

Sadarkah engkau
Betapa tak terhitung nikmat Allah
Yang engkau abaikan

Kini aku sadari
Cinta sejati ada dalam diri
Dalam hati yang suci


Semangat


Bamboo-bambu runcing itu menganga
Granat-garnat mungil mulai berdesir
Troli-troli berpesta pora
Menanti tangan-tangan jiwa satria

Bukan hati tapi raga
Pertanda busungkan dada
Kobarkan kata merdeka
Siramkan pada bangsa Indonesia

Angkat tangan mu setinggi debu
Dan junjung malumu sedater tanah
Gelar semangatmu selebar nusantara
Di Indonesia kita Berjaya

Bertahta kiranya mereka
Manusia-manusia yang berharga
Menata hidup pada garis
Merah Putih Negara

Harapan Kosong


Kau ajak aku lihat dunia tapi aku buta
Kau ajak aku mendengarkan alunan nada tapi aku tuli
Kau ajak aku untuk meraba dunia tapi tanganku kaku
Kau ajak aku menapaki hidup tapi kakiku patah

Aku hanya seutas benang cinta yang tenggelam di lautan asmara
Aku hanya secarik kertas yang penuh tinta kehidupan
Aku hanya angin yang tak mungkin kau sentuh
Aku hanya lilin yang tak seterang lampu

Aku sadar, hatiku tak bisa jauh darimu
Aku sadar, ragaku tak bisa hidup tanpamu
Aku tahu, kau ingin di sanubariku
Aku tahu, kau ingin terbang bersamaku

Tapi buanglah mimpimu, jauhlah dariku
Karena harapan kosong yang ada pada diriku
Yang akan semakin membunuh jiwamu

Tubuh dan Jiwaku


Aku adalah seseorang yang buta dunia dan akhirat. bila aku bisa memilih, aku ingin hidup di dunia yang kekal tanpa kebimbangan dan berkobarnya hawa nafsu. agamaku adalah islam,tapi yang aku ragukan "islamkah aku?" kehidupanku tak lepas dengan lingkungan yang terus dan terus membodohiku.
Saat aku berjalan di perempatan jalan yang sepi tiba-tiba ada suara. Seseorang bertanya padaku, “hai kaum hawa,apa agamamu, sehingga kau pelorotkan agamamu?”. Akupun menjawab, “hai saudaraku,aku memakai busana rapat dan ini jelas bahwa agamaku, keyakinanku, dan imanku adalah islam. Yang kusembah hanyalah Allah semata,pemilik jagad raya”. Dengan tersenyum jijik dan mengerutkan keningnya, dia pun kembali bertanya, “sungguh? Aku tahu bahwa kau memakai kerudung putih yang membuat wajahmu cantik, tetapi tidak untuk leher sampai kakimu yang membuat laki-laki di jagad raya ini terpesona kecuali aku. Apakah islammu hanya di muka saja atau di lapisan kulitmu?”
Waktu itu, terik matahari mulai menusuk ubun+ubun dan membuat keadaan semakin kacau. Semua ranting dan dedaunan tak henti=hentinya menghantamku dengan kotoran debu. Tubuh terkena guyuran keringat tanpa henti. Aku tak tahu apakah yang terjadi padaku, jantungku berdetak serasa detik-detik bom akan meledak, sel tubuh berhenti sejenak untuk menyaksikan ledakan tubuh yang sangat hebat. Matanya yang tajam telah mensuk jiwa, ahirnya dengan langkah nekat kuberanikan melihat busanaku. Sungguh betapa malunya aku! Aku menyimak apa yang ada padaku. Aku memang memakai kerudung favoritku, pemberian orang tuaku. Aku memang memakai baju lengan panjang warna warna merah muda bergambar shaun the sheep ,tetapi sungguh terlihat lekuk tubuhku yang ….! Lekuk dada yang menonjol, dan terlihat rambutku yang mengkilap keluar dari kerudungku. Selintas terbesit dari pikiranku “ternyata aku seksi juga……?.
Kulanjutkan pandanganku kebawah. Saat itu aku memakai celana pensil warna hitam. Dengan celana itu, tampak sekali pergelangankaki dan  pahaku yang kecil, mungkin bila dilihat dari belakang betapa besarnya pantatku. Aku sungguh malu, aku telah berdosa karena mengbangkitkan hawa nafsu laki-laki yang melihatku. Tiba-tiba aku mendengar suara buku terjatuh. Kupejamkan sejenak dan kucari sumber suara itu. Ternyata bukunya terjatuh dan dia permisi untuk melanjutkan perjalanannya. Ahirnya aku bejalan cepat untuk pulang kerumah yang jaraknya 8 meter dari tempatku diadili.
Sampai dirumah, aku kunci rapat-rapat kamarku. Kulepas kerudungku dan kuluapkan emosiku. “emangnya itu cowok siapa? Kenal saja enggak! Kenapa aku dimarahi? Padahal banyak orang di luar sana yang gak pakek jilbab. Pakok rok mini, pusar kelihatan, pakek kaos masuk angin. Masih bagusan aku dong!”. Aku termenung sebentar sambil duduk di kasur selama 5 menit, setalah aku termenung aku ganti busanaku dengan busana yang aku beli waktu lebaran yang lalu dan hanya aku pakai sekali saja saat Idul Fitri. Aku berdiri di depan kaca tempatku bersole. “Sungguh anggunya diriku jika aku memakai seperti ini. Jiwaku tentram dan damai. Mengapa tidak dari dulu aku berpakaian seperti ini?”, ujarku. Aku duduk termenung dan sambil kupeluk boneka Angry Bird warna merah. Kini aku sadar sesungguhnya aku memakai jilbab bukan aku ingin menutup aurat, bukan aku ingin melaksanakan perintah Allah tapi aku seperti ini gara-gara manta pacarku mencintai cewek yang berkerudung. Padahal mantan pacarku berjanji akan setia kepadaku walu ada cewek yang cantik dari pada aku. Aku memakai kerudung supaya cowok-cowok suka padaku, tapi itu sudah berlalu, tanpa terasa aku meneteskan ari mata. Lalu terbesit dalam pikiranku cowok yang mengadili aku. Baru kali ini ada seorang yang menggurui aku, padahal aku adalah orang yang suka menggurui orang lain dan tidak suka di gurui oleh orang lain termasuk orang tuaku. Kali ini, aku harus mengalah karena yang dia ucapkan itu benar. Jika aku bertemu dia nanti aku akan mengucapkan terimakasih. Sebelum aku beranjak untuk mengambil wudhlu untuk sholat Ashar, kini aku tersadar islam bukan tubuhku tapi islam adalah jiwaku.